Suatu hari di Makassar, Presiden Soekarno akan melakukan pidato di Gedung Olahraga (GOR) Mattoangin pada malam hari, selepas Isya. Panitia telah bekerja menyediakan tempat tersebut; ribuan massa juga telah berkumpul disitu. Soekarno telah bersiap-siap di Gubernuran menanti jam berangkat.
Setelah ada berita dari panitia di GOR bahwa acara siap dimulai, Soekarno ditemani Gubernur bergegas masuk ke dalam mobil. Mobil Presiden segera berangkat dikawal konvoi motor dan mobil jeep yang berisi para pengawal Presiden.
Dari Gubernuran, konvoi belok kanan menuju lapangan karebosi lalu kemudian belok kiri ke gedung RRI. Tiba di depan gedung RRI, konvoi belok kiri menyusuri Pantai Losari lalu berbelok kiri lagi ke jalan Cendrawasih. Dari jalan Cendrawasih, konvoi tinggal lurus menuju lokasi acara.
Saat itu, waktu menunjukkan pukul 18.55 malam. Keadaan jalan gelap. Lampu penerangan jalan Cendrawasih redup. Di tengah kegelapan, tiba-tiba cahaya kilat berkilau bersamaan dengan ledakan dahsyat. Ya, sebuah granat meledak dekat posisi mobil Soekarno. Bambang Widjanarko yang mengawal Soekarno kemudian berteriak, “Rebahkan badan, Pak! Ada serangan.” Beruntung karena tidak ada serangan susulan setelahnya, sehingga konvoi bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar.
Konvoi pun tiba di GOR beberapa menit kemudian. Soekarno keluar dari mobil dan berkata, “Pak Gubernur dan kamu, Bambang, saya menghendaki seluruh acara berjalan terus sesuai rencana. Soal tadi, kalian selesaikan sebaik-baiknya.”
Sumber: Sewindu Dekat Bung Karno, oleh Bambang Widjanarko
Setelah ada berita dari panitia di GOR bahwa acara siap dimulai, Soekarno ditemani Gubernur bergegas masuk ke dalam mobil. Mobil Presiden segera berangkat dikawal konvoi motor dan mobil jeep yang berisi para pengawal Presiden.
Dari Gubernuran, konvoi belok kanan menuju lapangan karebosi lalu kemudian belok kiri ke gedung RRI. Tiba di depan gedung RRI, konvoi belok kiri menyusuri Pantai Losari lalu berbelok kiri lagi ke jalan Cendrawasih. Dari jalan Cendrawasih, konvoi tinggal lurus menuju lokasi acara.
Saat itu, waktu menunjukkan pukul 18.55 malam. Keadaan jalan gelap. Lampu penerangan jalan Cendrawasih redup. Di tengah kegelapan, tiba-tiba cahaya kilat berkilau bersamaan dengan ledakan dahsyat. Ya, sebuah granat meledak dekat posisi mobil Soekarno. Bambang Widjanarko yang mengawal Soekarno kemudian berteriak, “Rebahkan badan, Pak! Ada serangan.” Beruntung karena tidak ada serangan susulan setelahnya, sehingga konvoi bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar.
Konvoi pun tiba di GOR beberapa menit kemudian. Soekarno keluar dari mobil dan berkata, “Pak Gubernur dan kamu, Bambang, saya menghendaki seluruh acara berjalan terus sesuai rencana. Soal tadi, kalian selesaikan sebaik-baiknya.”
Sumber: Sewindu Dekat Bung Karno, oleh Bambang Widjanarko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar