Rabu, 19 Oktober 2011

Hubungan Militer Indonesia-Inggris


Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Djoko Santoso mengabarkan tentang kerja sama militer antara Indonesia dan Inggris. Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Djoko Santoso saat bertemu dengan Panglima Militer Pertahanan Inggris, kedua negara menandatangani beberapa kesepatakan seperti, latihan militer bersama, pelatihan perwira militer Indonesia di Inggris dan pengenalan industri militer negara ini.
Panglima TNI menjelaskan, sebuah komite telah dibentuk untuk membahas kebijakan dan bentuk kerja sama militer antara Jakarta dan London. Sementara pihak Inggris menyatakan kesiapan London untuk mempersenjatai Indonesia dengan senjata-senjata modern.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Republik Indonesia keempat setelah lengsernya Soeharto, mantan Presiden RI di dekade 90-an. Sekalipun dapat dikatakan bahwa SBY adalah murid Soeharto dalam bidang politik dan militer, bahkan sempat menjabat sebagai seorang perwira tinggi militer, namun sebagai seorang Presiden Republik Indonesia, RI-1 ini harus mengambil kebijakan sesuai dengan situasi yang ada di negaranya dan kawasan Asia Tenggara.
Indonesia dan Malaysia adalah dua anggota asli Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang selama ini menolak usulan Amerika agar pihaknya diberi wewenang untuk menjaga keamanan kawasan strategis, Laut Malaka. Indonesia dan Malaysia menyatakan bahwa keduanya punya kemampuan menjaga dan menjamin keamanan Selat Malaka. Dan kenyataannya, Presiden RI, SBY harus menolak usulan Amerika dalam menjamin keamanan Selat Malaka demi mengurangi tekanan publik. Selain itu, dalam mengambil kebijakan baru demi memperkuat struktur militer Indonesia, SBY tengah membahas sumber-sumber lain. Kerja sama militer Indonesia dengan Cina, Rusia dan India membuktikan betapa Indonesia tengah mencari sumber-sumber lain untuk melengkapi alat utama sistem senjata (Alutsista) Indonesia.
Salah satu alasan peningkatan pembelian senjata di Asia Pasifik adalah rasa tidak aman yang muncul akibat kondisi keseimbangan kekuatan antara Amerika dan Uni Soviet dahulu dalam perang dingin. Di sini, negara-negara produsen senjata seperti Amerika dan Uni Soviet dahulu adalah negara-negara yang paling diuntungkan setelah munculnya instabilitas di kawasan.
Kini, ancaman tidak lagi terbatas pada militer, namun telah melebar ke sektor ekonomi, etnis dan bahkan agama. Kecenderungan kerja sama militer Indonesia dengan Inggris dapat dianalisa punya tujuan menggagalkan faktor-faktor yang dapat menciptakan krisis di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar